JAKARTA, AKSIKATA.COM – Harapan Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin terhadap generasi muda yang gemar budaya popular asal Korea Selatan, agar memacu kreativitas, ternyata memantik kontroversi. Bahkan ada yang tega membuat meme mantan Rais Aam Syuriah PBNU itu menjadi “anak K-Pop Drakor”. Meme itu diunggah akun Facebook Beni Ben, 23 September 2020.
Seperti ramai diberitakan, meme yang beredar di media sosial itu menggambarkan Kiai Ma’ruf Amin sedang duduk mengenakan topi berwarna hitam, pakaian penghangat bertuliskan “Supreme”, celana panjang motif loreng dan sepatu putih. Pada meme itu disertai tulisan “ANAK K-POP DRAKOR”
Meme itu dilengkapi dengan foto insert berupa tangkapan layar video ketika Kiai Ma’ruf Amin pidato memperingati 100 tahun kedatangan warga Korea di Indonesia.
Menyikapi kontroversi itu, Wakil Direktur Eksekutif International Conference of Islamic Scholars (ICIS), Khariri Makmun, menilai bahwa kelompok yang memojokkan Wapres itu adalah kaum tekstualis yang berpikir cekak dan cingkrang.
Menurut Khariri Makmun, mereka tak bisa menangkap esensi di balik narasi yang disampaikan Kiai Ma’ruf Amin.
“Seharusnya, ditangkap esensinya, sehingga kita mudah memahami makna dibalik kata. Jangan mengikuti kaum tekstualis yang mudah mengklaim ‘bid’ah’ karena pemahaman yang cekak dan cingkrang,” kata Khariri Makmun, seperti dikutip bangsaonline, Sabtu (26/9).
Ia mengaku perlu meluruskan masalah ini karena apa yang diinginkan Wapres sebenarnya adalah bagaimana agar anak-anak muda Indonesia bisa ikut mengembangkan ekonomi kreatif di tanah air sebagaimana K-Pop yang juga digerakkan oleh anak muda Korea.
“Dalam video itu Wapres menyampaikan kita lebih kaya budaya dari pada Korea, sehingga kita bisa lebih sukses dengan menjadikan kekuatan kebudayaan ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif,” tegas Khariri Makmun.
“Sayangnya kita justru memahami kalimat Wapres secara tekstual bukan substansial. Dan celakanya kita hanya fokus pada kalimat K-POP yang tentu secara budaya tidak sesuai dengan kultur Indonesia. Atau dalam pandangan Islam K-POP haram,” katanya.
Padahal, kata Khariri Makmun, K-POP dalam kontek ini oleh Wapres hanya dijadikan contoh kasus yang bisa menjadi pemantik tumbuhnya ekomomi kteatif di kalangan anak-muda muda.
Bentuk ekonomi kreatif, kata dia, bisa bermacam-macam, bisa apa saja. Ekonomi kreatif juga bisa dikemas dengan kemasan bernuansa Islam. itu semua tergantung pada kemampuan kita mengolah.
“Lalu kenapa kok seolah-olah Wapres dianggap Kiai yang mengajak pada K-Pop? Padahal K-Pop itu maksiat atau haram. Menurut saya, ini cara memahami konteks yang terlalu tetkstual dan curigatif,” katanya.
Menurut dia, inti dari apa yang disampaikan Wapres itu sudah benar. “Beliau mencoba memotivasi kalangan muda agar bisa menumbuhkan potensi ekonomi sebagaimana keberhasilan kalangan muda Korea. Beliau berharap agara anak-anak muda mengembangkan kreativitasnya dengan mengolah budaya Indonesia yang kaya ini menjadi alternatif penguatan potensi ekonomi bagi bangsa kita,” katanya.