JAKARTA, AKSIKATA.COM – Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indonesia Banking School (IBS) kembali menggelar seminar online (webinar) umum bertajuk Dampak Covid-19 terhadap Kondisi Perekonominan dan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia, Jumat (3/7/2020).
Webinar kali ini dimoderatori oleh Dr Antyo Pracoyo, dengan menghadirkan pembicara tunggal Dr. Muhamad Chatib Basri, Menteri Keuangan periode 2013-2014, dan ketua BKPM pada 2012-2013. Saat ini Muhamad Chatib menjadi Komisaris Utama Bank Mandiri dan Presiden Komisaris di XL-Axiata, Tbk.
Ketua IBS Dr. Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono, S.H., LL.M menjelaskan, tema ini dipilih karena saat ini pandemi Covid-19 telah menimpa hampir semua negara, termasuk Indonesia. Dampak dari penyebaran virus corona terjadi di berbagai bidang, baik sektor riil, dunia usaha mikro, kecil dan menengah, sektor jasa keuangan, dan sebagainya.
Dan yang paling dirasakan berat terhadap perekonomian secara global di Indonesia, karena mengalami pelambatan pertumbuhan. Dampaknya, secara ekonomi terjadi penurunan aktivitas yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi menjadi relatif rendah.
Menurut dia, perekonomian telah dihantam pandemi dan memaksa setiap pihak melakukan penyesuaian. Perekonomian mayoritas membutuhkan penyesuaian di beberapa sektor misalnya transportasi, industri manufaktur, pariwisata, perbankan, termasuk perguruan tinggi.
Pandemi Covid-19 pun diharapkan tidak menggangu penyelenggaraan proses pembelajaran di perguruan tinggi dengan berbagai aktifitas pendukungnya. “IBS menerapkan kegiatan daring atau online sebagai solusi cerdas dan bijak untuk menyelanggarakan kegiatan kampus di masa pandemi, termasuk menyelanggarakan webinar ini,” kata Kusumaningtuti.
Dengan adanya webinar ini, IBS ingin berbagi pengetahuan kepada dunia perguruan tinggi khususnya anak didik dan dosen untuk mengikuti diskusi perkembangan perekonomian dan keuangan Indonesia saat ini.
Sementara itu Chatib Basri menyoroti masa pandemi covid-19 yang memaksa orang untuk berdiam diri di rumah, namun berdampak negatif bagi perekonomian secara keseluruhan. Dia menganologkan bahwa kegiatan perekenomonian terjadi karena adanya pertemuan antara pasar dan konsumen. Nah, dengan adanya pandemi maka, tidak ada lagi pertemuan yang mengerus sektor ekonomi.
“Lama orang tahan untuk tetap stay di rumah tergantung seberapa banyak tabungan yang dimiliki. Jika punya tabungan, orang masih bisa menikmati kemewahan saat harus tinggal di rumah. Tapi buat yang tidak memiliki tabungan, dorongan untuk mencari penghasilan di luar rumah akan makin kuat,” katanya.
Menurutnya, itu sebabnya kenapa pasar tradisional bisa cepat recover dibandingkan mal. Orang pilih pilih jika akan ke mal lagi karena masih punya tabungan.
Pertumbuhan ekonomi sudah jatuh sebelum wabah covid-19 diumumkan pemerintah Maret 2020, dan terus berlanjut. Indonesia masih bisa pertahankan pertumbuhan ekonomi 4,8 persen saat krisis ekonomi 98 melalui berbagai strategi yang dijalankan Pemerintah yang fokus ke pasar dalam negeri. Antara lain melalui strategi penurunan suku bunga.
Saat ini OJK mengambil kebijakan dengan meredam volatilitas di pasar, relaksasi restrukturisasi kredit/pembiayaan, memberikan relaksasi bagi industri jasa keuangan. Jika sekarang belum terasa besar dampak bagi industri keuangan, namun pada 2021 dampak itu akan terasa besar.
“Pada saat itulah kita akan tahu NPL yang sebenarnya. Probability banking akan jadi isu. Likuidity akan jadi problem. Pada saat ini sebenarnya isunya akan jadi kresdit crush. tapi akan menjadi isu likuidity problem setelah maret 2021. Jadi yang perlu diantisipasi di dalam finansial stablity itu tahun depan. sekarang memang ada pressure, tapi pressure tahun depan jauh lebih berat,” paparnya.
IBS yang merupakan kampus didirikan oleh Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia dan dibina langsung oleh Bank Indonesia, menerapkan Blended learning, yakni, metode belajar yang memadukan pertemuan tatap muka dengan pembelajaran secara online dengan memanfaatkan teknologi digital.
Penerapan blended learning juga bertujuan agar lulusan IBS tanggap terhadap perubahan. Apalagi dengan penggabungan metode tatap muka dan online sangat fleksible dan efisien sesuai dengan karakter generasi milenial. Selain itu, mahasiswa akan lebih mandiri dalam menentukan target pembelajaran.
IBS juga menyediakan program beasiswa untuk mahasiswa berprestasi baik akademik dan non akademik. Salah satu beasiswa itu, antara lain berupa keringanan uang pangkal. Dengan adanya program beasiswa ini memberikan kesempatan kepada seluruh siswa SMA dan sederajat untuk memperoleh pendidikan yang layak.
Dalam kesempatan webinar kali ini, dan di masa pandemi covid-19, IBS bekerjasama dengan BNI memberikan beasiswa pendidikan kepada mahasiswa yang secara ekonomi kurang mampu dan berprestasi.
Adapun program beasiswa ini meliputi Beasiswa Pendidikan Start senilai Rp19 juta, di mana calon mahasiswa yang terpilih dibebaskan biaya tes, uang pangkal dan uang semestes pertama. “Donasi ini akan membantu mahasiswa berprestasi untuk memulai perkuliahan semester pertama di masa pandemi Covid-19,” kata Kusumaningtuti.
Beasiswa Study diperuntukan untuk mahasiswa yang berprestasi namun secara ekonomi kurang mampu dan sedang menempuh pendidikan di IBS pada semester pertama. Maka akan mendapat bantuan senilai Rp12 juta untuk biaya kuliah dan sertifikasi profesi pada akhir masa perkuliahan.
Terakhir adalah beasiswa Graduation diperuntukan bagi lulusan terbaik dari SMA Negeri yang berasal dari keluarga kurang mampu, namun berprestasi, berupa pembiayaan kuliah selama 8 semester dengan nilai beasiswa Rp96 juta.
Calon penerima beasiswa diseleksi oleh IBS bekerjasama dengan SMA mitra kerja terpilih. Bagi calon penerima beasiswa yang terpilih selain nilainya terbaik, juga harus Aktif berorganisasi, memiliki prestasi non akademis, atau kegiatan sosial yang mempunyai dampak kebermanfaatan bagi masyarakat.