BEIJING, AKSIKATA.COM – Komisi Kesehatan Nasional (NHC) China mengeluarkan pernyataan terkait wabah Covid-19 di Beijing yang kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan. Sayangnya, pengendalian serta upaya pencegahan belum terlihat serius.
“Situasi pencegahan dan pengendalian epidemi di Beijing masih sangat serius dan ada ketidakpastian dalam pencegahan dan pengendalian anti-epidemi,” ujar salah satu pejabat NHC.
NHC sendiri sudah mengirim sekelompok ahli untuk memandu ibu kota China itu dalam memerangi epidemi dan memperkuat analisis dan penilaian situasi epidemi. Para ahli yang sebelumnya memerangi penyakit ini di Wuhan juga telah dikerahkan, terutama mereka yang ada di bidang penyelidikan epidemiologi dan eliminasi lingkungan.
“Baik pencegahan dan pengobatan dalam memerangi epidemi itu penting. Langkah tegas, kuat dan efektif diperlukan untuk menekan epidemi sebelum berubah menjadi bencana.”
Sebelumnya begitu menemukan kasus baru pada Jumat, otoritas kesehatan di Beijing telah bertindak cepat menanggapi keadaan dan terus mengumpulkan informasi untuk melacak orang-orang yang telah ke Xinfadi atau melakukan kontak dengan orang-orang tersebut sejak 30 Mei.
Siapa pun yang pernah melakukan kontak telah diminta untuk menjalani tes asam nukleat. Pemerintah pusat telah mengatakan akan mendukung Beijing dalam meningkatkan kemampuan uji asam nukleatnya, yang akan mencakup semua area dan populasi utama, dan kemudian secara bertahap akan memperluas cakupan pengujian.
Sementara itu, Beijing, ibu kota China, kini menjadi area dengan penyebaran Covid-19 terbanyak di Negeri Tirai Bambu. Sejak tak ada transmisi lokal dari April, kini kasus Covid-19 kembali muncul di negara itu dari sebuah pasar induk bernama Xinfadi.
Penyebaran virus corona (COVID-19) di Beijing berlangsung sangat cepat. Sejak kembali dilaporkan ditemukan pada Jumat lalu, data terakhir menunjukkan sudah ada 79 kasus positif yang dikonfirmasi di wilayah itu.
Mengingat penyebaran yang pesat tersebut, Wakil Perdana Menteri China Sun Chunlan mendesak para pejabat untuk mengambil langkah-langkah tegas. Apalagi rata-rata kasus terkait pasar Xinfadi, yang merupakan pasar induk terbesar di kota itu.
“Infeksi kluster yang terkait erat dengan Pasar Xinfadi, yang padat penduduk dan sangat mobile, memiliki risiko penyebaran yang sangat tinggi,” ujar Sun Chunlan pada sebuah pertemuan sebagaimana ditulis Global Times, dikutip Senin (15/6/2020).
“Pasar Xinfadi dan daerah sekitarnya harus dijadikan prioritas dalam melakukan investigasi epidemiologi dan melakukan penelusuran sumber yang mendalam dan komprehensif.”
Ia juga menjelaskan bahwa wabah COVID-19 Beijing telah meluas ke tiga provinsi. Ketiga provinsi yang telah melaporkan kasus COVID-19 dan diduga terhubung ke Beijing adalah Liaoning di China Timur Laut, Hebei di China Utara, dan Sichuan di China Barat Daya.
Juru bicara komisi Kesehatan Beijing Xia Xiaojun mengatakan 76.499 sampel telah diuji per hari Minggu, di mana hasilnya 59 positif. Xia mengatakan beberapa kasus sudah dimasukkan dalam hitungan infeksi yang dikonfirmasi, sementara yang lain masih menunggu diagnosis.
“Lebih dari 6.000 pekerja di pasar atau hampir 70% pekerja sejauh ini telah diuji, dengan semuanya memiliki hasil negatif. Hasil hingga saat ini dari pengujian pada warga dan pelanggan di dekatnya juga tidak menghasilkan kasus tambahan,” kata Xia.
Menurut seorang ahli dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Beijing pada hari Minggu, sekuensing genom dari strain virus corona yang menyebabkan wabah COVID-19 baru di Beijing menunjukkan bahwa virus itu berasal dari Eropa.
Virus itu mungkin telah memasuki pasar melalui makanan laut yang terkontaminasi dan daging yang diimpor dari luar negeri yang menginfeksi mereka yang bersentuhan dengannya, atau melalui orang-orang yang datang ke pasar yang menyebarkannya melalui sekresi manusia.
“Orang-orang kemudian dapat terinfeksi dengan bersentuhan dengan makanan laut atau daging yang terkontaminasi di pasar dan selanjutnya menyebarkan virus,” kata Yang Peng, seorang ahli epidemiologi CDC Beijing, sebagaimana dilaporkan South China Morning Post.
“Kemungkinan lain adalah bahwa virus tersebut telah menyebar dari orang yang terinfeksi batuk atau bersin di pasar, mempengaruhi barang-barang makanan atau lingkungan umum, dan memungkinkan penyebarannya di antara orang lain,” jelas Yang.
“Kami akan memfokuskan penyelidikan epidemiologis pada kasus-kasus awal dan melakukan penelusuran virus lebih lanjut.”
Pasar Xinfadi sendiri merupakan pasar grosir pusat distribusi makanan di Beijing selatan. Pasar ini berdiri di lahan seluas 107 hektar dan memasok makanan ke provinsi utara seperti Shandong, Shanxi, Hebei dan Liaoning. Pasar Xinfadi memiliki volume penjualan tertinggi dari semua pasar pertanian grosir di Asia, berdasarkan keterangan di situs web resmi Xinfadi.
Setelah menemukan kasus COVID-19, otoritas setempat menutup pasar tersebut. Penutupan itu diperkirakan bakal mengganggu rantai pasokan makanan di kota, berpotensi menyebabkan kekurangan besar.
Kasus COVID-19 Beijing pertama kali dikonfirmasi pada seorang pria yang tidak memiliki sejarah perjalanan atau kontak dengan orang-orang yang baru bepergian dari tempat COVID-19 mewabah.