JAKARTA, AKSIKATA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklaim bahwa pasien tanpa gejala tidak perlu dikhawatirkan, karena tidak akan menyebarkan virus Corona (Covid-19). Pernyataan WHO yang dikeluarkan Senin (8/6) lalu, sontak mendapat kecaman dari ilmuwan Harvard. WHO menyatakan pasien tanpa gejala tidak menyebarkan virus Corona yang baru, dan sangat jarang bahwa orang tanpa gejala menyebarkan virus. Pasien tanpa gejala bukanlah pencetus infeksi baru.
Menurut Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis WHO, Dr Maria Van Kerkhove, pernyataannya ini didasari bukti baru dari negara-negara yang melakukan pelacakan kontak secara detil. Penyebaran gejala dapat terjadi, tetapi itu bukan jalan utama penyakit dapat ditularkan.
“Dari data yang kami miliki, tampaknya masih jarang bahwa orang yang asimptomatik benar-benar menularkan ke individu sekunder. Ini sangat langka,” kata Dr Maria Van Kerkhove. seperti dilansir dari ABC News, Kamis (18/6).
Atas pernyataan WHO ini, Institut Kesehatan Global Harvard menilai WHO menciptakan kebingungan dengan pernyataannya. Ilmuwan Harvard mengatakan, pasien tanpa gejala bisa menularkan virus dan orang masih perlu menjauhkan diri secara sosial dan memakai masker atau penutup muka (face shield).
WHO memiliki keraguan tentang penyebaran tanpa gejala setelah laporan datang dari pelacak kontak. “Kami memiliki sejumlah laporan dari negara-negara yang melakukan pelacakan kontak yang sangat rinci. Mereka mengikuti kasus tanpa gejala dan mengikuti kontak, dan tidak menemukan transmisi sekunder. Ini sangat jarang.”
Namun jika apa yang dikatakan pejabat WHO, bahwa pasien tanpa gejala tidak akan mudah menularkan virus, lantas mengapa masih ada aturan untuk setiap orang menjaga jarak secara social, pemakaian masker atau penutup muka.
Ilmuwan Harvad mengatakan apa yang dikemukakan WHO tidaklah valid, karena WHO hanya berdasar pada bukti dari negara-negara anggota yang belum dipublikasikan dengan komunitas ilmiah atau jurnal ilmiah.
Ditegaskan Dr Ashish K Jha, Direktur Harvard Global Health Institute, ancaman penyebaran tanpa gejala, nyata dan substansial. Sekitar satu dari lima orang yang tertular Covid-19 tidak pernah mengalami gejala “Mereka merasa sehat selama perjalanan penyakit. Di situlah kita berpikir sekarang,” katanya.
Menurut Jha, ia memiliki bukti bahwa orang yang terinfeksi dan tidak memiliki gejala, merasa baik-baik saja dapat dan memang menyebarkan infeksi.
Hal sama pernah pula diungkapkan Direktur untuk Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Dr Robert Redfield, pada April lalu, bahwa
kasus terus menyebar di seluruh negeri, bahkan ketika langkah-langkah sosial yang ketat diberlakukan.
Redfield mengatakan orang tanpa gejala dapat menumpahkan virus hingga 48 jam sebelum gejala muncul.
Jha tetap menyarankan setiap orang untuk mengikuti tindakan pencegahan yang direkomendasikan lembaga kesehatan dan tenaga medis. Setiap orang perlu memakai penutup muka, menjaga jarak secara sosial dan menerapkan pola hidup sehat seperti rutin mencuci tangan.
Jha meminta jika WHO memiliki data, WHO perlu membagikannya dan menjelaskan.
Respon dari ilmuwan Harvard langsung ditanggapi WHO, Selasa (9/6), dengan mengatakan bahwa pernyataan WHO hanyalah kesalahpahaman saja.
Menurut Dr Maria Van Kerkhove, apa yang ia ucapkan didasarkan pada dua atau tiga studi dan bahwa dia tidak berpikir penularan tanpa gejala jarang terjadi.
“Saya hanya menanggapi sebuah pertanyaan, saya tidak menyatakan kebijakan WHO atau semacamnya,” katanya.(Ar)