LEBAK, AKSIKATA.COM – Untuk menyadarkan masyarakat dalam menjaga lingkungan hidup, sejmlah tokoh menggelar kegiatan Stadium General sekaligus melakukan Deklarasi Nasional dengan tema “Penyelamatan Lingkungan Hidup” yang berlangsung di Aula La Tansa Mashiro, Rangkasbitung, Lebak Banten, Jumat (27/9/2019) lalu.
Kegiatan nasional yang diinisiasi pimpinan Ponpes La Tansa, Dr Sholeh, MM, tersebut menghadirkan ketua umum ICMI Prof DR Jimly Assidiqie, Dr. KH Sholeh Rosyad (Ketua Perguruan Tinggi La Tansa Mashiro), Dr M. Jafar Hafsah (Sekjen ICMI), Dr Ir Saleh Abdurahman (Staf Ahli Bidang Lingkungan dan Tata Ruang Kementerian ESDM RI), Direktorat Konservasi Energi kementerian ESDM RI, Ir Helmi Basalamah MM (Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM kementerian LHK RI), Budi Satyawan Wardhana (Deputi I Perencanaan dan Kerjasama Badan restorasi Gambut RI), Ade Sumarna (Wakil Bupati Lebak), Ir Priyono (Kepala Bagian Umum Ditjen PSP, Kementerian Pertanian RI).
Selain itu, hadir pula tokoh seniman, budayawan, aktivis dan penggiat lingkungan hidup, antara lain Raja Asdi, Remy Sylado, Sam Bimbo, Ully Sigar Rusady, R. Dono Sumarwoto dan ratusan mahasiswa. Pembacaan naskah Deklarasi Nasional Penyelamatan Lingkungan Hidup dilakukan secara kolosal dipimpin oleh sastrawan Chavchay Syaifullah.
Dalam sambutannya Jimly Asshiddiqie mengatakan, Indonesia adalah sebuah negeri yang ringkih. Itu sebabnya dari sebuah daratan besar terpecah menjadi 17 ribu lebih pulau. Deklarasi Nasional untuk Penyelamatan Lingkungan hidup, merupakan gerakan yang sangat mulia. Tidak banyak orang yang berminat terhadap gerakan ini. Sebab hasilnya tidak cepat bisa dilihat.
“Saat ini masalah lingkungan hidup kita sangat serius. Di atas tanah ada gunung berapi dan di bawah laut ada patahan. Benua Atlantik itu adalah Indonesia yang masih menyatu sebagai daratan yang luas. Warna lautnya biru muda karena lautnya dangkal dan pernah hidup bangsa besar, pernah ada peradaban besar di tanah air kita ini,” jelasnya.
Ia menyebutkan, buku karya Profesor Arysio Santos ber judul ‘Atlantis, The Lost Continent Finally Found’ didukung sejumlah fakta yang memang mendekatkan Indonesia dengan Atlantis.
Pada zaman dahulu, ada sebuah benua bernama Atlantis dengan peradabannya yang sangat maju. Benua itu ternyata tidak hilang, namun kini sudah menjadi negeri bernama Indonesia. “ Profesor Santos memperoleh keyakinan setelah melakukan penelitian kalau Indonesia adalah Atlantis yang hilang,” ujar Jimmly Assiddiqie.
Jimly menjelaskan, isu lingkungan hidup sudah menjadi perhatian dunia internasional hampir setengah abad lamanya. Lingkungan hidup menjadi tiga isu besar di dunia bersama hak asasi manusia dan pemberantasan korupsi.
Jimly menghimbau agar agar bangsa Indonesia jangan hanya sibuk berpolitik, masalah lingkungan hidup harus dilakukan melintas semua batas dan tak bisa mengandalkan pemerintah. “Kita harus membangun kesadaran lintas budaya,” ucapnya.
Sementara Wakil Bupati Lebak, Ade Sumardi menyebutkan bahawa acara ini sebagai sumbangsih pemikiran untuk penyelamatan lingkungan secara nasional dan utamanya Kabupaten Lebak.
“Kami mengapresiasi dengan diadakannya kegiatan Stadium General ini, karena seiring dan sejalan dengan visi Kabupaten Lebak yaitu Lebak sebagai Destinasi Wisata Unggulan Nasional Berbasis Potensi Lokal,” tandas dia.
Gerakan ini akan terus digulirkan, baik berupa kegiatan langsung bersentuhan dengan lingkungan hidup, maupun berupa sosialisasi. Contohnya, gerakan penanaman mangrove di pesisir utara Pulau Jawa, penanaman pohon di Payakumbuh Sumatera Barat, dan banyak lagi rencana aksi selanjutnya.
Usai acara, Jimly, Sam Bimbo dan pimpinan perguruan tinggi La Tansa Mashiro menanam pohon di areal gedung yang terletak di jalan Soekarno Hatta tersebut. “Dari La Tansa ini, kita akan terus gelorakan Green Constitution ke seluruh komponen bangsa di segala penjuru tanah air, agar masa depan negeri ini menjadi lebih,” ujar Jimly.