AKSIKATA.COM, JAKARTA – Hijab ecoprint kini sedang diburu, terutama di pameran produk kerajian kelas internasional, dengan pelanggan wanita muslimah dan ekspatriat.
Hal ini diungkapkan Pupung Pursita, penggiat sosial yang mengembangkan teknik ecoprint. Pupung melakukan percobaan membuat ecoprint sejak masih kuliah di jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Jakarta. Berbagai metode membuat motif cetakan alami dia coba. Hasil terbaiknya baru ditemukan tiga tahun lalu.
Berkat jilbab ecoprint, Pupung mendapat undangan untuk mengisi pameran internasional di Dubai, November mendatang. ‘’Kami sedang mencari sponsor agar bisa memproduksi lebih banyak guna mengisi stand tersebut,’’ jelas Pupung yang ditemui di kantor Lazismu Pusat di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta Pusat.
Jilbab ini bukan hasil print out printer digital, melainkan hasil pencetakan dari daun-daunan alami melalui proses pengukusan selama dua jam. Warna-warni yang menempel pada kain itu berasal jenis daun yang digunakan.
Selembar hijab itu sekilas terlihat biasa saja. Motifnya daun jati. Ada yang besar, ada yang kecil. Cetakannya agak pucat. Berwarna coklat dan pink. ‘’Ada daun yang menghasilkan warna dan corak. Ada pula yang hanya menghasilkan corak tapi tidak menghasilkan warna. Untuk jenis daun yang seperti itu, digunakan pewarna alami dari pohon-pohon tertentu,’’ papar Pupung.
Di sekitar rumah kita ternyata banyak pohon yang bisa menjadi pewarna alami. Bunga telang, misalnya, menghasilkan warna biru. Kulit manggis menghasilkan warna ungu. Kulit pohon mahoni menghasilkan warna coklat. Kulit pohon secang menghasilkan warna pink. Dan masih banyak lagi. (Evieta)